Minggu, 27 Mei 2012

Benarkah Istri Membawa Sial ?

  • Dari Abdullah bin Umar diceritakan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Kesialan terdapat pada istri, rumah, dan kuda.” (HR. Bukhari)
  • Dari Ibnu Umar juga diriwayatkan bahwa dia berkata, Mereka (para sahabat) pernah membicarakan masalah kesialan di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam lalu beliau bersabda, “Jika kesialan terdapat pada sesuatu, maka ia terdapat pada rumah, istri, dan kuda.” (HR. Bukhari)
  • Dan dari Sahal bin Saad juga diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Jika (kesialan itu) terdapat pada sesuatu, maka ia terdapat pada kuda, istri, dan tempat tinggal.” (HR. Bukhari) 
  • Penjelasan Hadis:
Imam Bukhari mencatat hadits-Hadits ini setelah menyebut firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu.” (QS. At Taghabun:14)
Hal ini mengisyaratkan bahwa kesialan itu secara khusus muncul dari istri yang menjadi biang permusuhan dan fitnah. Berbeda dengan persepsi sebagian orang yang menganggap bahwa kesialan itu muncul dari jenis kelamin wanita secara umum, atau sebagian darinya.

Di dalam kitab Fathul Bari (9/ 138) Ibnu Hajar mengutip apa yang dikatakan oleh Syaikh Taqiyuddin As-Subki tentang persepsi yang tidak benar ini, “Itu adalah pendapat yang tidak diutarakan oleh ulama mana pun. Orang yang berpendapat bahwa istri adalah penyebab (kesialan) itu adalah orang bodoh. Agama menyebut orang yang menisbatkan hujan kepada bintang dengan label kufur. Lalu bagaimana dengan orang yang menisbatkan (menyadarkan) keburukan kepada istri yang tidak memiliki peluang untuk itu?”

Jadi,  kesialan itu sebenarnya hanya muncul dari istri yang suka melawan, tidak taat, rakus terhadap dunia, merepotkan suami dan merusak keharmonisan rumah tangga. Sebab, hal itu semua berada di tangannya, dan dia memiliki kemampuan untuk mengubah diri menjadi istri yang penyayang, taat, tidak suka membebani suaminya dengan hal-hal yang di luar kemam­puannya, dan selalu memberikan kedamaian yang menyenangkan dan membahagiakan.

Ibnu Hajar mengatakan, “Wanita memiliki kekurangan dalam hal akal dan agamanya, ia mendorong laki-laki untuk melakukan sesuatu yang menunjukkan kurangnya akal dan agama. Misalnya, membuat suaminya kehilangan kesempatan untuk mempelajari masalah agama dan mendorongnya menjadi orang yang rakus terhadap dunia. Hal itu jelas merupakan kerusakan yang paling parah.”

Barangkali hadits-Hadits lain yang menjadi­kan istri yang shalihah sebagai salah satu sumber kebahagiaan laki-laki bisa menjelaskan dan menegaskan hal ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Di antara (sumber) kebahagiaan anak Adam ialah tiga hal: istri yang shalihah, tempat tinggal yang baik, dan kenda­raan yang bagus. Dan di antara (sumber) kesengsaraan anak Adam ialah: istri yang jahat, tempat tinggal yang buruk, dan kendaraan yang jelek.” (HR. Ahmad. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim).

Di dalam riwayat lain disebutkan,

“Dan ada tiga hal dari kesengsaraan: istri yang ketika engkau melihatnya, maka ia bersikap buruk kepadamu dan lidah (ucapan)nya menyerangmu, kendaraan yang lambat jalannya, jika engkau memukulnya, maka ia akan membuatmu kelelahan, dan jika engkau membiarkannya, maka engkau tidak bisa menyusul teman-temanmu, dan rumah yang sempit dan sedikit fasilitas.” (HR. Hakim)

Dus, wanita bisa menjadi sumber kesialan bagi laki-laki yang menikahinya jika ia menjadi kendala bagi suaminya untuk mengamalkan ajaran agamanya dan tidak bisa menjadi pendukungnya dalam merealisasikan hal itu. Ia membuat suaminya berorientasi duniawi dan bukan sebaliknya. Ia juga suka melakukan sesuatu yang tidak disukai suaminya di rumahnya, sehingga suaminya terdorong untuk lari meninggalkan rumah, dan bukan sebaliknya membuat suaminya betah di rumah.

Oleh karena itu apabila seorang pemuda yang sukses di dalam hidupnya menikah dengan wanita yang tidak shalihah, maka wanita itu akan menjadi sumber kesialan baginya dan mem­buatnya kehilangan kesuksesan tersebut.

Dan apabila seorang pemuda menikah dengan wanita yang shalihah, maka wanita itu akan menjadi sumber kebaikan baginya. la akan menjadi shalih berkat keshalihan istrinya. Ia juga akan sukses di dalam hidupnya, dan melapang­kan jalannya menuju (kebahagiaan) Akhirat.

Disalin dari buku “Aku Tersanjung” (Kumpulan Hadits-hadits Pemberdayaan Wanita dari Kitab Shahih Bukhari & Muslim Berikut Penjelasannya), Karya Muhammad Rasyid al-Uwayyid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar