Andai Anda memiliki satu kesempatan berdoa.
Hanya satu permohonan yang benar-benar akan dikabulkan.
Hanya satu permintaan yang akan didengar.
Hanya satu hal yang akan terjadi dengan satu doa yang Anda panjatkan.
Kira-kira apakah yang akan Anda pinta… ?
Cita-cita yang belum tercapai…?
Angan-angan yang masih menjadi impian…?
Yang tentunya setiap orang berbeda-beda.
Ada yang menginginkan rumah mewah lengkap dengan segala isinya.
Istri atau suami yang menawan, bagi yang belum memiliki pasangan.
Mobil termahal yang pernah ada di muka bumi ini.
Usaha yang menjajikan.
Dan lain sebagainya, semua sesuai dengan kondisi masing-masing.
Namun, kalau direnungkan ternyata permohonan hamba itu sepadan dengan
kualitas ilmu dan wawasan yang dimilikinya. Mungkin permohonan seorang
tukang sampah tidaklah sama dengan doa seorang bupati. Doa tukang becak
mungkin tidak setinggi permintaan seorang boss di sebuah perusahaan. Doa
anak kecil tidaklah sama dengan doa orang dewasa.
Simaklah kisah seorang pria di masa Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam
yang mendapatkan sebuah kesempatan emas untuk memohon, apakah yang dia
mohon?
Pria itu adalah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam
yang bernama Rabi’ah bin Ka’ab al Aslami radiyallahu ‘anhu, dia tidak
memiliki rumah, karena ia biasa tidur bersama Ashabussuffah di tempat
yang disediakan di Masjid Nabawi, namun dia senantiasa mengisi waktunya
untuk berkhidmat kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam.
Bacalah kisah selengkapnya dari sang pelaku sejarah sendiri, Imam
Ahmad bin Hanbal meriwayatkan bahwa Rabi’ah bin Ka’ab al Aslami
radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dahulu aku biasa melayani Rasulullah
shallallahu ‘alahi wa sallam, aku menyelesaikan dan memenuhi
keperluannya sepanjang siang, sampai beliau melaksanakan shalat Isya’,
kemudian aku duduk di sisi pintunya ketika beliau masuk ke dalam
rumahnya, aku berkata kepada diriku, mungkin Rasulullah memiliki
keperluan (sehingga aku sudah siap melayaninya), aku terus mendengar
beliau mengatakan, “Subhanallah Subhanallah Wabihamdihi”, sehingga aku
lelah kemudian aku pulang atau aku dikalahkan oleh mataku sehingga aku
tertidur di sana.
Pada suatu hari beliau berkata kepadaku karena melihat semangat dan kesungguhanku dalam membantu dan melayani beliau,
”Mintalah kepadaku wahai Rabi’ah! Niscaya aku akan memberimu”.
Mendengar tawaran itu aku berkata kepada beliau, “Aku akan berpikir
dahulu wahai Rasulullah! Nanti aku akan memberitahukannya kepadamu”.
Maka akupun berpikir dalam diriku, aku mengetahui bahwa dunia itu
fana dan akan sirna, dan sesungguhnya padanya aku telah memiliki rezeki
yang sudah ditentukan yang akan mencukupiku dan mendatangiku”.
Setelah merenung dan memikirkannya, akhirnya Rabi’ah mencapai suatu
keputusan, dan bergumam, “Kalau begitu aku akan meminta kepada
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam untuk akhiratku, sesungguhnya
beliau memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah”.
Maka akupun mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, dan
tatkala berjumpa dengan beliau, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam
berkata kepadaku, “Apakah yang telah kamu buat, wahai Rabi’ah?
Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, aku meminta kepadamu agar engkau
memberi syafaat kepadaku di sisi Rabb-mu agar Dia membebaskanku dari api
neraka”.
Dalam riwayat Imam Muslim, Rabi’ah berkata, “Aku memohon agar dapat menemanimu di Surga”.(Subhanallah…..!)
Mendengar permohonanku itu, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam
bertanya, “Siapakah kiranya yang telah menyuruhmu untuk meminta hal
ini?”.
Rabi’ah menjawab, “Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, tidak ada
seorangpun yang menyuruhku, namun tatkala engkau berkata, ‘Mintalah
kepadaku niscaya aku akan memberimu’, sedangkan engkau memiliki
kedudukan yang mulia di sisi Allah, maka akupun berpikir dalam diriku,
aku mengetahui bahwa dunia ini fana dan akan sirna, dan sesungguhnya di
dunia aku telah memiliki rezeki yang sudah ditentukan yang akan
mencukupiku dan mendatangiku, akupun berkata (dalam diriku), ‘Kalau
begitu aku akan meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam
untuk akhiratku.’”
Mendengarkan penjelasanku beliau berdiam sejenak, kemudian berkata kepadaku,
إِنِّي فَاعِلٌ، فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
“Aku akan memenuhi permintaanmu, maka bantulah aku atas dirimu dengan
engkau banyak-banyak bersujud (banyak-banyak melaksanakan shalat) “.(HR
Ahmad)
Subhanallah, itulah yang dipinta Rabi’ah untuk satu kesempatan emas
yang tidak terulang: Diselamatkan dari api neraka agar dapat menikmati
indahnya surga yang seluas langit dan bumi.
Menemani sang kekasih di surga Firdaus.
Bagaimanakah sikap kita andai tawaran itu disodorkan kepada kita?
Penulis: Ustadz Syafiq Riza Basalamah, M.A.
Artikel www.salafiyunpad.wordpress.con
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar