Rabu, 06 Juni 2012

Sadarlah, Siapa Yang Kau Cintai?


Kaget, marah dan sangat sedih, itulah yang terlihat dari raut wajah Ustadz saat membacakan pertanyaan tertulis  yang diajukan oleh seorang akhawat dalam majelis hadits beliau. Betapa virus itu telah menyebar dan merasuki jiwa-jiwa yang rapuh dan tidak lagi takut pada siksa Allah Yang Maha Pedih.
 
Petanyaan itu tentang keinginan seorang akhawat yang tidak ingin menikah kecuali dengan ikhwa dari Korea. Sebenarnya sang akhawat telah lama “ngaji”. Memang kenapa, ada yang salah? Mari kita lihat.


Setiap keinginan pasti punya alasan. Ada akibat berarti ada sebab. Apalagi jika yang menjadi impian adalah menikah, maka perkara ini bukanlah perkara ringan. Menikah merupakan amalan yang menentukan bagaimana agama bagi seorang akhawat, sebab syurga atau neraka seorang akhwat juga bemula dari siapa ia ikatkan janji sebagai pendamping hidupnya. Tidak hanya itu, persoalan ini juga berkaitan kesempurnaan cinta seorang hamba. Sebab cinta tidak semuanya legal, terlebih jika cinta itu telah menyaingi perhatian kita pada Allah, pada perintah-perintah-Nya. Walyaudzubillah, inilah syirik mahabbah.


Saat seseorang mencintai, maka lebih dari apa yang ia rasakan Allah kelak akan mengumpulknnya bersama siapa yang ia cintai. Tdakkah kita takut, bagaimana jika tempat kita melabuhkan cinta itu ternyata menyeret kita dalam gelombang neraka Allah yang menyala-nyala? Tidakkah kita ngeri jika cinta yang kita rasa bagai bunga sakura yang mekar dimusim semi berbuah jilatan api jahannam yang bahan bakarnya adalah jin dan manusia. Walyaudzubillah.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
Seseorang bersama dengan yang dicintainya (di akhirat kelak)” (HR Al-Bukhari no 6169)

Maka bukan hanya Ustadz yang semestinya sedih. Sedihlah akan diri kita..


Lihatlah,  tatkala banyak kaum muslimin yang sangat mencintai para pelaku maksiat, bahkan dari kalangan orang-orang kafir !!! (terutama para pemain film dan para penyanyi serta para olahragawan). Foto orang-orang kafir tersebut mereka pajang di kamar-kamar mereka, menjadi penyejuk pandangan mereka…. sebelum tidur dan tatkala bangun tidur…

Bahkan mereka meniru gaya berpakaian orang-orang kafir tersebut…, mereka hafalakan lantunan-lantunan orang-orang kafir tersebut…, mereka pelajari perjalanan hidup orang-orang kafir tersebut…!!

Jika salah seorang dari mereka ditanya tentang sejarah…, nama…, dan nasehat-nasehat Abu Bakar…Umar…Imam Syafii??, maka terdiamlah ia !!!

Apa yang akan mereka perbuat dengan sabda Nabi “Seseorang (diukumpulkan diakhirat kelak) bersama yang ia cintai” ???!!!

KARENANYA…cintailah orang-orang sholeh.... Tirulah gaya hidup mereka…patuhilah petuah-petuah mereka…yaitu orang-orang yang jika kita mengingat mereka… maka kita mengingat akhirat…

Imam Syafi’i rohimahulloh pernah berkata –dengan penuh tawadhu- :
Aku mencintai orang-orang saleh meski aku bukan dari mereka
Aku berharap, dengan mencintai mereka aku nanti mendapatkan syafaat
Dan aku membenci orang yang maksiat adalah dagangannya
Meski dagangan kami sama…


Anas Bin Malik radhiallahu 'anhu berkata:
"Kami tidak pernah gembira karena sesuatu apapun sebagaimana kegembiraan kami karena mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Engkau bersama yang engkau cintai”. Anas berkata, “Aku mencintai Nabi, Abu Bakar, dan Umar dan aku berharap aku (kelak dikumpulkan) bersama mereka meskipun aku tidak beramal sebagaimana amalan sholeh mereka" (HR Al-Bukhari no 3688 dan Muslim 4/2032).

Siapa tahu karena kecintaan yang tulus maka kita akan dikumpulkan bersama Abu Bakar di surga…, bahkan dikumpulkan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam


Maka, Sadarlah… siapa kau cintai? Apakah ia dapat membuatmu bahagia dunia akhirat? Apakah ia dapat menjadikanu semakin dekat dengan Allah? Jika tidak, berhati-hatialah….

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya keapada Allah. Sekiranya orang-orang zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al-Baqarah: 165)

Wallahu A’lam.


Ali Hizaam, 18 Rajab 1432 H
Al Faqir Abdullah Ibnu Mai al-Buthony as-Siompuny

1 komentar:

  1. syukran postinganya menarik...
    izin copas disertakan dengan kredit kok...

    BalasHapus