Kaget, marah dan sangat sedih, itulah yang terlihat dari raut wajah Ustadz saat membacakan pertanyaan tertulis yang diajukan oleh seorang akhawat dalam majelis hadits beliau. Betapa virus itu telah menyebar dan merasuki jiwa-jiwa yang rapuh dan tidak lagi takut pada siksa Allah Yang Maha Pedih.
Petanyaan itu tentang
keinginan seorang akhawat yang tidak ingin menikah kecuali dengan ikhwa dari
Korea. Sebenarnya sang akhawat telah lama “ngaji”. Memang kenapa, ada yang
salah? Mari kita lihat.
Setiap keinginan pasti
punya alasan. Ada akibat berarti ada sebab. Apalagi jika yang menjadi impian
adalah menikah, maka perkara ini bukanlah perkara ringan. Menikah merupakan amalan
yang menentukan bagaimana agama bagi seorang akhawat, sebab syurga atau neraka
seorang akhwat juga bemula dari siapa ia ikatkan janji sebagai pendamping
hidupnya. Tidak hanya itu, persoalan ini juga berkaitan kesempurnaan cinta
seorang hamba. Sebab cinta tidak semuanya legal, terlebih jika cinta itu telah
menyaingi perhatian kita pada Allah, pada perintah-perintah-Nya. Walyaudzubillah,
inilah syirik mahabbah.
Saat seseorang
mencintai, maka lebih dari apa yang ia rasakan Allah kelak akan mengumpulknnya
bersama siapa yang ia cintai. Tdakkah kita takut, bagaimana jika tempat kita
melabuhkan cinta itu ternyata menyeret kita dalam gelombang neraka Allah yang
menyala-nyala? Tidakkah kita ngeri jika cinta yang kita rasa bagai bunga sakura
yang mekar dimusim semi berbuah jilatan api jahannam yang bahan bakarnya adalah
jin dan manusia. Walyaudzubillah.
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda :
“Seseorang bersama dengan yang dicintainya (di akhirat kelak)” (HR Al-Bukhari no 6169)
“Seseorang bersama dengan yang dicintainya (di akhirat kelak)” (HR Al-Bukhari no 6169)
Maka bukan hanya Ustadz yang semestinya sedih. Sedihlah akan diri kita..
Lihatlah, tatkala banyak kaum muslimin yang sangat
mencintai para pelaku maksiat, bahkan dari kalangan orang-orang kafir !!!
(terutama para pemain film dan para penyanyi serta para olahragawan). Foto
orang-orang kafir tersebut mereka pajang di kamar-kamar mereka, menjadi
penyejuk pandangan mereka…. sebelum tidur dan tatkala bangun tidur…
Bahkan mereka meniru gaya berpakaian orang-orang kafir tersebut…, mereka hafalakan lantunan-lantunan orang-orang kafir tersebut…, mereka pelajari perjalanan hidup orang-orang kafir tersebut…!!
Jika salah seorang dari mereka ditanya tentang sejarah…, nama…, dan nasehat-nasehat Abu Bakar…Umar…Imam Syafii??, maka terdiamlah ia !!!
Bahkan mereka meniru gaya berpakaian orang-orang kafir tersebut…, mereka hafalakan lantunan-lantunan orang-orang kafir tersebut…, mereka pelajari perjalanan hidup orang-orang kafir tersebut…!!
Jika salah seorang dari mereka ditanya tentang sejarah…, nama…, dan nasehat-nasehat Abu Bakar…Umar…Imam Syafii??, maka terdiamlah ia !!!
Apa yang akan mereka
perbuat dengan sabda Nabi “Seseorang (diukumpulkan diakhirat kelak) bersama
yang ia cintai” ???!!!
KARENANYA…cintailah orang-orang sholeh.... Tirulah gaya hidup mereka…patuhilah petuah-petuah mereka…yaitu orang-orang yang jika kita mengingat mereka… maka kita mengingat akhirat…
Imam Syafi’i rohimahulloh pernah berkata –dengan penuh tawadhu- :
Aku mencintai orang-orang saleh meski aku bukan dari mereka
Aku berharap, dengan mencintai mereka aku nanti mendapatkan syafaat
Dan aku membenci orang yang maksiat adalah dagangannya
Meski dagangan kami sama…
Anas Bin Malik radhiallahu 'anhu berkata:
"Kami tidak pernah gembira karena sesuatu apapun sebagaimana kegembiraan kami karena mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Engkau bersama yang engkau cintai”. Anas berkata, “Aku mencintai Nabi, Abu Bakar, dan Umar dan aku berharap aku (kelak dikumpulkan) bersama mereka meskipun aku tidak beramal sebagaimana amalan sholeh mereka" (HR Al-Bukhari no 3688 dan Muslim 4/2032).
Siapa tahu karena kecintaan yang tulus maka kita akan dikumpulkan bersama Abu Bakar di surga…, bahkan dikumpulkan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam…
KARENANYA…cintailah orang-orang sholeh.... Tirulah gaya hidup mereka…patuhilah petuah-petuah mereka…yaitu orang-orang yang jika kita mengingat mereka… maka kita mengingat akhirat…
Imam Syafi’i rohimahulloh pernah berkata –dengan penuh tawadhu- :
Aku mencintai orang-orang saleh meski aku bukan dari mereka
Aku berharap, dengan mencintai mereka aku nanti mendapatkan syafaat
Dan aku membenci orang yang maksiat adalah dagangannya
Meski dagangan kami sama…
Anas Bin Malik radhiallahu 'anhu berkata:
"Kami tidak pernah gembira karena sesuatu apapun sebagaimana kegembiraan kami karena mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Engkau bersama yang engkau cintai”. Anas berkata, “Aku mencintai Nabi, Abu Bakar, dan Umar dan aku berharap aku (kelak dikumpulkan) bersama mereka meskipun aku tidak beramal sebagaimana amalan sholeh mereka" (HR Al-Bukhari no 3688 dan Muslim 4/2032).
Siapa tahu karena kecintaan yang tulus maka kita akan dikumpulkan bersama Abu Bakar di surga…, bahkan dikumpulkan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam…
Maka, Sadarlah… siapa
kau cintai? Apakah ia dapat membuatmu bahagia dunia akhirat? Apakah ia dapat
menjadikanu semakin dekat dengan Allah? Jika tidak, berhati-hatialah….
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah selain Allah sebagai
tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat besar cintanya keapada Allah. Sekiranya orang-orang zalim itu
melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka
menyesal).” (QS. Al-Baqarah: 165)
Wallahu A’lam.
Ali Hizaam, 18 Rajab 1432
H
Al Faqir Abdullah Ibnu
Mai al-Buthony as-Siompuny
syukran postinganya menarik...
BalasHapusizin copas disertakan dengan kredit kok...