Apa hubungannya mobil di pameran itu dengan gadis-gadis ‘berseragam’
seronok sambil lenggak-lenggok mengelilingi mobil, ini pameran mobil
atau wanita? Apa fungsinya wanita dengan rok ‘BUPATI’ itu duduk di kursi
tinggi ongkang kaki di belakang etalase kaca toko HP, yang mau dibeli
apa atau siapa? Apa laki-laki yang nganggur sudah habis sehingga
karyawan SPBU sekarang diambil alih kaum hawa? Kenapa iklan baliho di
pinggir jalan itu selalu menawarkan “bonus” senyum wanita? Duh, kenapa
yang memperingatkan kalau pulsa saya hampir habis selalu suara wanita?
Itu kan kemajuan? Ya, maju menuju ke jurang kehinaan. Ini
‘keberhasilan’ para pejuang kebebasan. Mereka bebas tapi hak,
kehormatan dan kodratnya sebagai wanita dirampas. Mereka mungkin merasa
lebih ‘dihargai’ tapi bukan sebagai manusia melainkan ‘barang komoditi
non migas’ yang mudah ditukar dan didapatkan dengan beberapa rupiah.
Mereka memang ‘diberdayagunakan’ tapi tidak lebih dari sekedar hiasan
yang bila usang akan diganti.
Saudariku, tahu tidak? Wanita-wanita barat di tengah kehidupan serba
bebas dan glamour, mereka sebenarnya sangat cemburu dengan adab bangsa
timur yang memperlakukan wanitanya bak ratu di rumahnya.
Dalam suatu kisah seorang wanita tua non muslim yang bertetangga
dengan keluarga muslim, mengungkapkan kecemburuannya melihat kehidupan
keluarga muslim tersebut. Di mana sang istri sepanjang hari di rumah
menemani anak-anaknya. Ketika sang ayah datang dari tempat kerja
disambut dengan derai tawa dan peluk anak-anaknya disusul senyum sang
istri seraya mencium tangan suaminya. Sederhana, tapi surga. Wanita tua
itu saat berkunjung ke rumah keluarga bahagia tersebut mengungkapkan
bahwa andaikan ia masih muda maka ia akan bersuamikan dengan seorang
pria muslim sebagaimana suami keluarga tersebut.
Ternyata dulu dia adalah wanita karir. Demi karirnya ia meninggalkan
tugas utamanya di rumah; mendidik dan mengasuh anaknya. Tanpa
tergantung pada suami semua kebutuhannya terpenuhi oleh pekerjaannya
lebih dari cukup, tapi semua terasa hambar. Ia kehilangan nilai dan
kesempatan yang sangat berharga, sesuatu yang seharusnya menjadi hak
fitrah dan kodratnya; sebagai seorang Ibu untuk anak-anaknya dan
sebagai seorang istri yang melayani dan dinafkahi oleh suaminya,
terampas.
Suaminya telah meninggal. Kini ia ditinggalkan oleh anak-anaknya
yang tak sempat ia didik dengan baik, yang tak mengenal arti seorang
ibu apalagi untuk berbakti padanya.
Pernah dengar Marlin Mondroe? Artis cantik dan kaya di Amerika
Serikat yang mati tragis bunuh diri. Sebelum bunuh diri ia sempat
membuat sebuah surat yang dimasukkan dalam sebuah kotak di sebuah bank
di New York:
“Berhati-hatilah dengan ketenaran, berhati-hatilah dan wapadalah
terhadap sinar-sinar yang menipu kalian. Sesungguhnya aku adalah wanita
yang paling celaka di dunia! Aku tak mampu menjadi seorang ibu. Aku
adalah seorang wanita yang mencintai rumah. Kehidupan keluarga adalah
simbol kebahagiaan seorang wanita, bahkan simbol bagi kemanusiaan,
kebahagiaan kemanusiaan itu sendiri. Aku adalah seorang wanita yang
benar-benar telah terzhalimi oleh manusia-manusia lain. Bekerja dalam
sebuah teater atau perfileman betul-betul menjadikan wanita sebagai
barang dagangan murahan dan remeh, meskipun dia mendapatkan popularitas
dan ketinggian.”
Sungguh amat sangat terlalu naif sekali ketika mereka mengutuk gaya
hidup mereka sendiri, wanita-wanita timur justru berlomba menjadi
pemuja dan pendamba ‘barang’ yang selama ini membelenggu dan ingin
mereka buang.
Saudariku, musuh-musuh agama ini sangat tahu apa yang telah membuat
kehidupan sosial, budaya, etika, moral dan agama mereka berantakan.
Dalam sejarah peradaban bangsa-bangsa yang runtuh pun begitu, jatuh,
hancur disebabkan oleh makhluk lembut yang bernama wanita. Mereka ingin
menularkan penyakit itu kepada kita.
Saudariku, musuh-musuh Allah telah merayakan kemenangannya pada kali
pertama berhasil ‘menyeret’ para muslimah dari rumah kehormatannya,
menjejali jalan, memenuhi pasar-pasar, instansi-instansi dsb. Tak
sampai di situ merekapun kemudian menelanjanginya dengan pakaian
seadanya.
Dan merekapun tahu apa yang membuat kita jaya dan menguasai dunia
selama bertahun-tahun. Mujahidin yang gagah perkasa itu tidak terbentuk
begitu saja, ia ditempa oleh tangan lembut ibu yang shalehah di setiap
suapan, dalam belaian, dan rintihan doanya.
Ketahanan dan betahnya di medan perjuangan bukan tanpa alasan, di
belakangnya ada permata dunia yang senantiasa mendorong dan
mendo’akannya, Istri shalihah yang membuatnya lebih cinta kepada Allah
dari segalanya, pun tak perlu khawatir meninggalkan jundi-jundinya di
pangkuan sang istri yang pasti mempersiapkan sebagai penerusnya.
Dalam suatu kisah yang masyhur, ada seorang wanita yang datang
menghadap panglima militer Islam, menjelang keberangkatan tentara
mujahidin ke medan jihad. Wanita bercadar tersebut menyerahkan sebuah
kotak kepada panglima. Betapa terkejutnya panglima tersebut ketika
membuka kotak tersebut dan mengetahui di dalamnya berisi dua pilinan
(kepangan) rambut yang sangat panjang.
Sang panglima bertambah kaget, setelah wanita itu mengatakan bahwa
dua pilinan rambut yang sangat panjang itu adalah rambutnya sendiri. Ia
adalah seorang janda miskin yang tidak memiliki harta untuk
disumbangkan kepada tentara mujahidin. Wanita itu pun sengaja memotong
rambutnya sendiri sebagai wujud partisipasinya dalam jihad.
Panglima tentara Islam semakin takjub, ketika wanita muslimah itu
meminta agar kedua kepangan rambutnya dijadikan sebagai tali kekang
kuda yang dipakai berjihad oleh tentara kavaleri Muslim.
Setelah wanita itu pulang ke rumahnya, sang panglima mujahidin
memerintahkan para tentara Islam untuk segera berbaris rapi. Ia pun
berpidato di hadapan para mujahidin dan menceritakan tentang adanya
seorang wanita mukminah yang menyumbangkan dua kepangan rambutnya
sendiri untuk dipakai sebagai tali kekang kuda perang.
Dan kau tahu, itu sangat cukup untuk membakar semangat para mujahidin untuk memporak-porandakan musuh Allah.
Apakah andil wanita itu sebatas itu? Setelah mujahidin pulang dari
medan perang Sang wanita itu tersenyum, mengucapkan hamdalah saat
mendapati anaknya sebagai salah satu mujahidin yang gugur dalam
pertempuran tersebut.
Sekali lagi musuh Allah sangat tahu di mana letak kekuatan itu dan
ingin melemahkannya, secara halus, dengan iming-iming segepok rupiah,
lambat tapi pasti ia ingin menggiring semua muslimah untuk masuk dalam
‘kubangan eksploitasi’. Bukan kebebasan sayang, tapi eksploitasi…
Ah, sinar matamu masih terlalu polos untuk mengerti semua ini.
Pesanku belajarlah baik-baik. Saya yakin, suatu saat kau akan menyadari
seraya tersungkur sujud bahwa syariat-Nya terlalu sempurna untuk
engkau tolak.
Sebelum kau tidur kulafalkan syair ini
Bukan dari tulang ubun ia dicipta
Sebab berbahaya membiarkannya dalam sanjung dan puja
Tak juga dari tulang kaki
Karena nista menjadikannya diinjak dan diperbudak
Tetapi dari rusuk kiri
Dekat ke hati untuk dicintai
Dekat ke tangan untuk dilindungi
*Jangan anggap sepele, urusannya separuh agama
Jangan biarkan ia sendiri, bimbing ia, asalnya ia bengkok
Jangan keras, bisa patah
Jangan lembek, susah bila terlanjur
Kecup keningmu adik kecilku…
*Penambahan oleh penulis dari syair asli
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
masyaALLAH..
BalasHapus