Senin, 02 April 2012

Jangan Cederai Ukhuwah Kita dengan Ghibah..

Bukan telah sedetik kita bersama-sama. Bukan pula sepekan, juga bukan sebulan. Tahukah Ikhwafillah? Hampir berlalu beberapa tahun kita disatukan dalam lembaga dakwah ini. Dan tahukah, jika itu bukan waktu yang lama?

Na’am ikhwafillah, itu bukan karunia waktu yang sedikit yang Allah anugrahkan kepada kita untuk menapaki hidup dan merajut benang-benang ukhuwah. Waktu itu cukup untuk kita saling memahami, waktu itu juga cukup untuk kita saling menjaga, saling mencintai karena Allah.

Tahukah kalian ikhwafillah, bahagia perasaanku saat mata sayu ini menatap wajah kalian. Menjadi bersaudara ditengah keterasinganku. Mendengar suara kalian mengisi lengkap disetiap keterbatasanku. Aku begitu bahagia dari saat itu.


Tapi mengapa ikhwafillah, hati serasa tidak percaya...

Dahulu kita bersama diajarkan rukun-rukun ukhuwah islamiah. Aku melihat semangat besar. Semangat yang menyemangati orang lain kau perlihatkan dari dasar jiwamu untuk menghafalkannya. Bahkan butiran air mata kita sama-sama menetes akibat buncahan kata ikrar dalam dada-dada kita untuk mengamalkannya.

Ikhwafillah, masih ingatkah engkau dengan ta’allub? Yakni adanya kesatuan hati diantara orang-orang yang saling mencintai karena Allah.

Dan masih ingatkah engkau dengan tafahum? Dimana kita mengartikannya dengan saling memahami.

Juga masih ingatkah ikhwafillah dengan ta’awwun? Saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.

Atau lupa dengan taqaful? Yang kita bangkan artinya sebagai senasib sepenanggungan.

Semoga semuanya masih tersimpan dalam ingatan kita..

Ikhwafillah, hari ini hatiku sedih... melihat ukhuwah antara kita.

Begitu banyak isu dan kabar tidak sedap kini menghampiriku, menyelimutiku. Aku mencoba bersabar dan terus berbenah diri. Hanya Allah Yang Maha Tahu, aku selalu berusaha semaksimal mungkin memberi respon yang terbaik, mencoba mengalah dengan senyuman hingga menghindar. Hasbunallahu wa ni’mal wakiyl..

Sebenarnya.. aku butuh bantuan kalian. Aku butuh dukungan kalian.

Namun qadarullah, aku tidak lagi melihat ada ta’allub diantara kita. Begitu mudahnya hati itu dirasuki perasaan mudah percaya, hingga rasa tafahum pun menguap. Tak ada lagi ta’awwun dan taqaful..

Ikhwafillah, mengapa kau justru membantu menyebarkan berita itu. Tahukah ikhwafillah, banyak orang yang semula tidak percaya namun karena mendengarnya langsung dari kalian yang berpenampilan sunnah, mereka semakin percaya?

Lupakah ikhwafillah jika berburuk sangka kata Rasulullah adalah sedusta-dustanya perkataan?
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Jauhilah oleh kalian prasangka, sesungguhnya prasangka adalah sedusta-dustanya perkataan.” (Muttafaq ‘Alaih)

Mungkin kita akan mengatakan, “Tapi aku mendengarnya langsung dari si fulan/fulanah!”. Ya, kalian mungkin benar. Tapi tahukah, tidak pantas bagi seorang mukmin apalagi aktifis dakwah untuk menceritakan semua apa yang dia dengar?
Rasulullah shalallahu ‘alaihi washallam bersabda:
Cukuplah seorang dikatakan pendusta, apabila ia menceritakan semua apa yang ia dengar.” (HR. Muslim)

Saudaraku fillah..

Bencana lidah amat banyak ragamnya, bisa terasa manis di hati dan banyak pemicunya yang berasal dari tabiat. Tidak ada cara yang bisa menyelamatkan dari bencana ini kecuali diam.

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Siapa yang menjamin bagiku apa yang ada diantara dua tulang dagunya (lidah) dan apa yang ada diantara dua kakinya (kemaluannya), maka aku menjamin baginya surga.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain Beliau bersabda:
Iman seseorang tidak istiqamah sebelum hatinya istiqamah. Hatinya tidak istiqamah sebelum lidahnya istiqamah.” (HR. Ahmad)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anha, bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi washallam bersabda, “Tahukah kalian apakah ghibah itu? Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah bersabda,”Kamu menceritakan tentang saudaramu dengan sesuatu yang ia membencinya.” Dikatakan,”bagaimana menurut anda jika apa yang saya katakan benar adanya pada saudaraku?” Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu katakan itu ada pada dirinya,, maka kamu telah (melakukan) ghibah padanya, bila apa yang kamu katakan itu tidak ada pada dirinya, maka kamu telah berbohong (fitnah) tentang dirinya.” (HR. Muslim)

Ikhwafillah, orang yang bertakwa adalah orang yang berhati-hati dalam menjalani hidupnya. Karena ia tahu, tidak semua apa yang dia dengar layak untuk disampaikan. Ada yang dia dengar cukup untuk disimpan dan ada yang boleh disampaikan. Abu Darda radhiallahu anha mengatakan, “Bersikap adillah kalian dengan satu lisan dan dua telinga anda, Allah subuhanahu wa ta’ala menciptakan dua telinga dan satu lisan agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara.”

Saat kita mendengarkan orang-orang berbicara maka kita bertanya pada diri kita, apakah pembicaraan ini adalah pembicaraan yang layak dalam Islam, ataukah ini dilarang dalam Islam, atau jangan-jangan ini ghibah.

Kembalilah ikhwafillah... kembalilah pada Allah dan Rasul-Nya. Hanya Dia yang Maha Benar, percayalah pada-Nya.

Saudaraku fillah... semoga ukhuwah itu masih besar dalam hati kalian. Besar harapanku, Allah mengakrabkan kita kembali karena-Nya. Hingga kita terhimpun dalam Jannah-Nya di atas dipan-dipan yang terbuat dari cahaya



Abdullah Al Buthony
Masjid Ali Hizaam Pondokan Unhas
6 Rab'ul Ula 1433 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar